6 Situs Sejarah dan Budaya di Hakodate
Hakodate yang terletak di selatan Hokkaido merupakan kota wisata populer yang memiliki banyak peran penting dalam sejarah Jepang. Artikel ini akan memperkenalkan 6 situs sejarah dan budaya di Hakodate, di mana Anda dapat bersentuhan dengan sejarah dan budaya Hakodate di setiap zaman yang berbeda.
Hakodate yang Bergerak Mengikuti Perubahan Zaman
Bicara mengenai mempelajari sejarah Hakodate, tidak ada salahnya bila Anda mengunjungi situs budaya dan sejarah di kota ini berdasarkan urutan kejadiannya. Jika memiliki banyak waktu, kami merekomendasikan Anda untuk mengunjungi satu persatu situs-situs tersebut secara langsung. Namun, jika Anda tidak memiliki banyak waktu, kami merekomendasikan untuk mengunjungi Museum Kota Hakodate yang berlokasi di dalam Taman Hakodate.
Hokkaido pertama kali dihuni sekitar 30.000 tahun yang lalu. Seperti halnya Honshu, Kyushu, dan Shikoku, pulau ini juga mengalami zaman Palaeolitikum dan Jomon (※), lalu memunculkan budaya Ainu yang unik pada masyarakatnya. Pada akhir zaman Edo (1603-1868), Kota Hakodate menjadi pusat diplomatik dan politik Hokkaido di bawah kendali langsung keshogunan. Kemudian, pada akhir abad ke-19, Hakodate menjadi pelabuhan perdagangan terbuka untuk negara asing dengan kedatangan tentara Amerika bernama Matthew Perry. Area di sekitar Gunung Hakodate dengan gereja-gereja eksotis dan bangunan-bangunan berarsitektur bergaya Barat-nya sampai saat ini masih menjadi salah satu objek wisata paling populer di Hakodate.
Pameran permanen di Museum Kota Hakodate menampilkan artefak-artefak seperti tembikar, perkakas batu, dan patung-patung tanah liat yang digali di area yang terkait, perkakas sehari-hari, dan juga artefak sejarah yang berkaitan dengan Hakodate.
※Zaman Jomon adalah kategori sejarah yang unik di Jepang, yakni periode berburu dan meramu (sebelum periode pertanian dimulai). Zaman ini ditandai dengan penggunaan gerabah dan batu yang diasah. Meskipun ada berbagai teori, zaman ini diperkirakan berasal dari sekitar 12.000 hingga 2.300 tahun yang lalu.
Mempelajari Budaya Penduduk Asli Hokkaido Melalui “Museum Masyarakat Utara Hakodate”
Museum Masyarakat Utara Hakodate menyimpan dan memamerkan koleksi tentang masyarakat Ainu, Orok (Ulta), Aleut (Unangan), dan masyarakat wilayah utara lainnya yang tinggal di sepanjang pesisir Laut Okhotsk, di Rusia, Alaska, serta wilayah utara lain yang memiliki hubungan erat dengan Hokkaido. Fasilitas ini merupakan salah satu dari sedikit museum di dunia yang didedikasikan untuk memperkenalkan kehidupan dan budaya masyarakat wilayah utara Jepang. Museum ini memiliki total tujuh ruang pameran yang menampilkan kepekaan dan estetika masyarakat utara yang hidup dalam kondisi alam yang keras, pakaian, dan juga aksesori tradisional mereka. Melalui koleksi-koleksi berharga ini, pengunjung bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai ritual tradisional dan kearifan hidup masyarakat utara.
Museum Masyarakat Utara Hakodate menempati bangunan bekas Bank Jepang Cabang Hakodate yang dibangun pada tahun 1926. Pintu masuk serta lobi museum ini masih mempertahankan gaya arsitektur zaman Taisho dengan kuat. Ruang pameran di lantai dua, termasuk bekas kantor pimpinan cabang dan ruang resepsionis, direkomendasikan bagi pengunjung yang menyukai wisata arsitektur. Hal ini dikarenakan lantai dua memiliki ubin berwarna cerah yang menghiasi dinding dan langit-langit dengan ukiran yang dirancang dengan halus. Keduanya dapat memberikan gambaran sekilas tentang arsitektur bank pada masa itu. Mengunjungi museum ini akan menjadi kesempatan yang bagus untuk mempelajari budaya dan sejarah penduduk asli Hokkaido.
Menjelajahi Hakodate pada Akhir Zaman Edo Melalui “Kantor Magistrat Hakodate”
Kantor Magistrat Hakodate adalah kantor pemerintahan di bawah Keshogunan Edo yang didirikan di Pelabuhan Hakodate. Pelabuhan Hakodate merupakan pelabuhan yang saat itu menerima kedatangan kapal Komodor Perry dari Amerika. Awalnya, kantor ini terletak di dekat Taman Motomachi saat ini. Akan tetapi, karena alasan pertahanan dan lainnya, kantor ini kemudian dipindahkan ke benteng berbentuk bintang bernama Goryokaku yang dibangun di pedalaman dan jauh dari pelabuhan. Gedung magistrat ini sempat rusak karena Pertempuran Hakodate (1868-1869) dan akhirnya dihancurkan pada tahun 1871.
Kantor Magistrat Hakodate saat ini memiliki empat area tur, yaitu Zona Rekonstruksi, Zona Penemuan Sejarah, Teater Video, dan Zona Restorasi Bangunan.
Zona Rekonstruksi adalah rekonstruksi persis dari kantor hakim. Saat pintu gesernya dibuka, akan terlihat aula besar dengan 72 tikar tatami yang dipisah menjadi empat ruangan. Dari luar, terasa seperti masuk ke dalam drama periode Jepang. Zona Penemuan Sejarah menyediakan penjelasan yang mudah dipahami tentang sejarah yang terkait dengan Goryokaku dan Kantor Magistrat Hakodate. Teater Video menampilkan rekaman video pekerjaan restorasi gedung ini, sedangkan Zona Restorasi Bangunan memperkenalkan pekerjaan restorasi dan sebagainya.
Melihat Peradaban Hakodate pada Awal Zaman Meiji Melalui “Aula Umum Lama Distrik Hakodate”
Zaman Meiji (1868-1912) menjadi saksi percepatan masuknya peradaban Barat, yang menyebabkan perubahan besar dalam tradisi dan budaya Jepang. Aula Umum Lama Distrik Hakodate yang dibangun pada tahun 1910 (Meiji 43) ini menawarkan suasana Hakodate pada zaman itu.
Di lereng bukit yang menghadap ke Pelabuhan Hakodate terdapat serangkaian bangunan bergaya Barat yang khas dengan suasana eksotis. Salah satu bangunannya adalah Aula Umum Lama Distrik Hakodate, yang merupakan bangunan bergaya Barat khas era Meiji. Bangunannya berbentuk simetris dengan balkon di lantai dua dan eksterior berwarna abu-abu kebiruan serta kuning. Eksteriornya yang menarik perhatian ini menjadikannya sebagai landmark Kota Motomachi.
Tempat ini juga dikenal sebagai tempat tinggal Kaisar Taisho ketika beliau masih menjadi Putra Mahkota. Anda dapat memainkan biliar yang merupakan permainan kaum bangsawan pada saat itu di ruang biliar. Selanjutnya, ada ruang tahta yang dulunya digunakan sebagai ruang pertemuan keluarga kekaisaran. Ada pula aula besar. Desain interior ruangan, perkakas, dan semua furnitur di sini dipajang dengan indah.
Di dalam Aula Umum Lama Distrik Hakodate terdapat Museum Kostum Haikara Hakodate yang menawarkan layanan penyewaan gaun gaya barat dan kimono. Pengunjung diizinkan untuk mengambil foto secara bebas di dalam museum. Spot foto yang direkomendasikan adalah balkon di lantai dua, depan kamar tamu bangsawan, koridor, dan tangga.
Mempelajari Hakodate pada Zaman Showa Melalui “Museum Kapal Peringatan Feri Seikan Mashu-maru
Mashu-maru yang berlabuh di pelabuhan dekat Stasiun Hakodate dulunya adalah salah satu kapal penghubung kereta api Jepang (kapal yang beroperasi secara teratur dengan menghubungkan kedua sisi rel kereta api yang dipisahkan oleh laut). Kapal ini menghubungkan Aomori di Honshu dengan Hakodate. Mashu-maru memainkan peran penting dalam transportasi kereta api selama periode Showa (1926-1989). Saat ini, di dalam kapal Mashu-maru terdapat pameran tentang berbagai kapal yang digunakan untuk menghubungkan Aomori dan Hakodate. Pengunjung dapat memperoleh wawasan mengenai hubungan antara Hakodate dan Honshu pada masa itu melalui pameran ini.
Di Hakodate, Observatorium Gunung Hakodate, Menara Goryokaku, dan Mashu-maru dikenal sebagai tiga observatorium utama. Di antara ketiganya, Mashu-maru dikenal sebagai satu-satunya observatorium di atas laut yang menawarkan pemandangan 360° Gunung Hakodate dan lanskap di sekitarnya dari dek kapalnya.
Mashu-maru adalah salah satu dari tujuh kapal penghubung tipe Tsugaru-maru yang dibuat pada tahun 1964 (Showa 39). Kapal ini terakhir digunakan tanggal 13 Maret 1988, lalu dilabuhkan kembali ke pelabuhan asalnya di Hakodate dan dijadikan museum. Ruang kemudi dan komunikasi radio di kapal ini tetap mempertahankan penampilan aslinya. Bagian terdepan kapal telah diperbaharui dan digunakan sebagai ruang pameran untuk suku cadang dan model terkait, dengan sejumlah pameran tentang sejarah Kapal Penghubung Seikan serta penjelasan koleksinya.
Menyaksikan Pemandangan Malam Ajaib “Gunung Hakodate”
Saat ini, Hakodate dikenal sebagai kota wisata yang sangat populer dan mampu mendatangkan banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu spot wisata yang wajib dikunjungi ketika datang ke Hakodate adalah Gunung Hakodate, yang pemandangan malamnya juga dikenal sebagai “Pemandangan Malam Ajaib”.
Observatorium Gunung Hakodate terletak pada ketinggian 334 meter di atas permukaan laut. Pemandangan yang terlihat dari puncak gunung yang dikelilingi oleh laut ini sungguh spektakuler! Dikatakan bahwa orang-orang tertarik dengan pemandangan malam dan pemandangan Gunung Hakodate ini karena ketinggiannya, jarak dari sekelilingnya, dan juga lampu-lampu yang menyinari pemandangan malam. Lampu-lampu tersebut merupakan lampu kota alami, bukan lampu neon atau lampu iluminasi buatan.
Secara historis, Observatorium Gunung Hakodate berfungsi sebagai benteng. Akan tetapi, apa yang ada di bawah dan terlihat dari atas pada saat ini adalah lanskap perkotaan modern. Pemandangan malam yang disuguhkan Gunung Hakodate bervariasi tergantung oleh musim dan waktu. Oleh sebab itu, Gunung Hakodate digambarkan dengan ungkapan “seperti pemandangan kotak permata yang terbalik”. Banyak pengunjung dibuat tertarik karenanya.
Kereta gantung Gunung Hakodate akan membawa Anda ke puncak hanya dalam waktu tiga menit. Kereta gantung ditutup sementara setiap musim gugur untuk pemeriksaan rutin. Akan tetapi, pengunjung tetap bisa naik ke puncak gunung dengan mengunakan bus pendaki dari depan Stasiun Hakodate.
Penutup
Di samping alamnya yang indah dan budaya makanannya, Hakodate memiliki banyak situs sejarah dan budaya.
Untuk perpindahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, pilihan transportasi yang terbaik adalah menggunakan trem. Kami menyarankan untuk mengunjungi berbagai tempat yang berbeda dalam satu hari.
Tur museum dan koleksi lainnya berdasarkan urutan zaman ini adalah cara baru untuk menikmati Hakodate. Bukankah ini akan menciptakan kenangan indah dari wisata Hakodate Anda?”